Kepiting kelapa pertama kali ditemukan oleh Rumphius pada tahun 1705, tetapi sebenarnya telah diketahui oleh orang-orang Eropa sejak perjalanan eksplorasi Wiliam Dampier sekitar tahun 1688 dan telah menarik perhatian banyak ahli biologi yang mengunjungi pulau-pulau disamudera Hindia dan Pasifik. Dalam penelitian yang lebih mendalam pada tahun-tahun berikutnya terdapat kontribusi terhadap pengenalan akan kepiting ini dari siklus hidup, tingkah laku, reproduksi, fisiologi dan anatominya (Brown dan Fielder, 1991).
Custom Search
Kamis, 18 September 2008
Coconut crab, The Great Giant Crab From East Indonesia
Kepiting kelapa atau juga disebut kepiting kenari (Birgus latro), merupakan salah satu sumberdaya hayati yang bernilai ekonomis penting karena memiliki potensi sebagai komoditi ekspor. Kepiting kelapa merupakan hewan yang berasal dari ekosistim pantai dan pada saat ini mengalami ancaman penurunan populasi sehingga kepiting ini dilindungi oleh pemerintah melalui surat keputusan menteri kehutanan dengan SK Menhut no 12/ KPTS–II/Um/1987. Biota ini telah mengalami ancaman kepunahan karena selain kecepatan pertumbuhan yang lambat, juga banyak diburu karena dagingnya yang lezat dan bernilai ekonomis penting untuk perdagangan maupun untuk komsumsi lokal. Menurut IUCN 1983, kepiting ini sudah dikategorikan “rare” atau jarang dan species yang terancam “endangered species” dalam “Red Data Book”. Kepiting kelapa (coconut crab) atau disebut juga kepiting kenari (robber crab), memiliki nama yang berbeda ditiap-tiap daerah. Kepiting kelapa menyukai buah-buahan seperti kelapa (Cocus nucifera), kenari (Cannariun commune), pepaya (Carica papaya), pisang (Musa spp), ketapang (Terminalia catappa), pandan (Pandanus spp), sukun (Artocarpus spp) dan sagu (Sago spp). Buah-buahan tersebut diperoleh dengan cara memanjat atau mencari buah yang telah jatuh bahkan kepiting kelapa seringkali terlihat menyeret buah yang jatuh kedalam lubang persembunyiannya. Di Indonesia kepiting kelapa tersebar dikawasan timur indonesia yaitu dipulau Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan Papua. Kepiting ini merupakan salah satu aset perikanan yang bernilai ekonomis tinggi sehingga perlu untuk dilindungi agar tidak punah. Penurunan populasi kepiting dialam diperkirakan akibat adanya perubahan lingkungan (habitat, makanan, dan predator). Penurunan kondisi habitat tersebut disebabkan oleh aktivitas manusia (penebangan hutan, penghunian dan eksploitasi). Kepiting ini juga memiliki pertumbuhan yang sangat lambat sehingga dikhawatirkan populasinya dapat menurun secara drastis dialam jika eksploitasi berlangsung terus menerus.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar